Kita dan Kata

words_create_world_by_najirs_s-d2cb63b.png

“ Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.”

– Sutardzi Calzoum Bachri

Tiada istilah kenyang mengonsumsi kata-kata. Rakuslah kawan, rakuslah! Kalian tak akan gendut perut walau menyerap kata sebanyak apapun. Kalian jadi tidak usah repot-repot diet setelah melahapnya. Rakus akan kata-kata mungkin tak akan membuat kalian jadi dibebankan dosa, lain halnya ketika rakus akan harta.

Kata-kata tak pernah habis di dunia ini. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, setiap milidetik bahkan kata-kata berhamburan dari kepala manusia. Ia mencari posisinya sendiri-sendiri, mengisi bagian kosong untuk ia genapi. Seperti puzzle yang dibuat untuk dipasang-pasangkan agar terbentuk gambar utuh sebagaimana asalnya, kata-kata bertugas melengkapi. Tak salah lagi, kata-kata punya tanggung jawab untuk menjadikan kalimat enak buat dilumat.

Kata-kata persis seperti kita, punya nyawa, memiliki ruh. Ia memilih pemiliknya untuk difungsikan sebagaimana mestinya dan berubah menjadi narasi yang penuh akan definisi. Kata-kata jika disusun dilandasi sifat tulus, didandani dengan riasan yang pas, akan membuat orang-orang dibawa terbang, diajak berlari, juga disihir untuk berbuat banyak.

Kata-kata yang diramu tanpa bumbu-bumbu palsu juga niat semu akan mengantarkan pembacanya menuju merdeka: dalam segala perkara. Kata-kata sungguh mengagumkan. Fantastis. Luar biasa. Dan apalah itu, diksi yang mampu menegaskan sesuatu yang penuh arti.

Kata-kata tak sembarang memilih pawangnya. Ia mencari orang-orang yang mengakrabinya seperti mengakrabi diri sendiri. Kata-kata adalah makhluk pencemburu, tak ubahnya lelaki atau perempuan yang mencintai kekasihnya begitu dalam. Tidak terlalu bahagia melihat orang yang ia suka berpaling pada yang lain.

Tak ada jalan untuk manunggal bersama kata-kata selain setiap saat mencumbuinya. Tak pernah pergi darinya. Selalu basah oleh genangannya siang-malam, pagi-sore, sibuk-lapang, hingga akhirnya melukis kenangan berbarengan. Sesekali ajaklah kata-kata untuk berdansa ditemani musik klasik yang enak iramanya. Meliuklah bersamanya, mencipta gerakan yang harmoni. Kalau perlu, kawinlah dengan kata-kata. Kelak akan lahir anak-anak jiwa yang berlarian ke sana-sini dengan riangnya.

Ah, kata-kata itu makhluk yang manja. Ingin diperlakukan seperti raja. Meminta kita menyediakan waktu yang tak sedikit jika ingin memanggilnya dengan mudah kapan saja.  Kata-kata seolah-olah kita, butuh semacam diperhatikan, agar tak  lantas bermuram durja.

Pikniklah kawan, pergi ke lautan kata-kata yang kau suka. Boleh jadi kenapa kita kurang pandai berdialektika, minim kemampuan bermain logika, dan abai merasa tersebab jarangnya kita berwisata. Memberi ruang bagi jiwa ini untuk meraung, untuk merenung di tempat yang luas tak berbatas. Menyerap hikmah dari kalimat-kalimat yang terserak di  bawah awan yang berarak, di antara ombak yang bergerak.

Ya, kunjungilah samudra kata-kata! Datangilah pantai yang menguguhkan pasir-pasir inspirasi yang jumlahnya bahkan tak berhingga! Pikniklah kawan! Menyelamlah sambil minum kata-kata, jangan takut binasa. Lalu kembalilah ke permukaan membawa mutiara-mutiara makna yang terkandung didalamnya!

Selamat bermesraan dengan kata-kata, kawan.

Muhammad Irfan Ilmy | Bandung, 9 Maret 2017

sumber gambar: Devian art

Kita dan Kata